Gegara Kopi SKPD, Pengusaha Kopi Menjerit, FAM dinilai Nepotisme

Bagikan :

TERPOPULER

MAKAYOA & Pulau-Pulau Ingatan

Di antara gelombang yang tak henti memukul karang, di senyap subuh saat perahu-perahu kecil bertolak dari pantai, tersimpan cerita-cerita yang mulai pudar. Cerita tentang seorang...

BACA JUGA

MAKAYOA & Pulau-Pulau Ingatan

Di antara gelombang yang tak henti memukul karang, di senyap subuh saat perahu-perahu kecil bertolak dari pantai, tersimpan cerita-cerita yang mulai pudar. Cerita tentang seorang...

Sanana — Sebut saja Babang, pria yang menjadi Owner Kedai Kopi yang terletak di tepi pantai, mengeluhkan sikap pilih kasih Bupati Kepulauan Sula (Kepsul), Fifian Adeningsi Mus atau FAM menyangkut Kopi SKPD.
Babang menilai ada Nepotisme dalam Program Kopi SKPD.

”Harusnya jika ingin mengenalkan Kopi Sula, kemudian membina. pelaku usaha, termasuk Petani Kopi dan Penjual Kopi itu dilakukan terhadap semua, bukan hanya pihak tertentu.
Justeru yang dilakukan FAM saat ini secara perlahan membunuh pengusaha Kopi yang ada di Sanana”, ungkap Babang kepada Pewarta, Senin (13/9).

Babang menggambarkan, Pengusaha Kopi yang digandeng Ningsih, itu bisa membeli Kopi dengan harga 50K/kg, bahkan jika dia mau bisa 100K/kg, karena pangsa pasar dia jelas, marketnya sudah ada, sementara Kami?
Pria ini mengaku heran, kemarin saat membeli Kopi, biasa dia mendapatkan harga sekitar 30-35K/kg kini sudah diangka 40K/kg, dia mencurigai ini akibat persaingan yang tidak sehat oleh Rumah Kopi yang ’diendorse’ Bupati FAM.

”Kita semua UMKM, jika mau melakukan pembinaan harusnya semua, bukan dipilih berdasarkan kedekatan dengan Bupati”, sesal Babang.

Babang mengaku sedih, selama ini Pemda seperti kurang perhatian terhadap para pelaku usaha mikro, padahal para pelaku usaha selama ini sudah sangat patuh terhadap aturan Pemda, termasuk soal Pajak dan jam buka-tutup dimasa pandemi.

”Kita ini yang harusnya diperhatikan, karena perputaran ekonomi di Sula ini ujung tombaknya ada di Kita, UMKM dan para pelaku usaha kecil dan menengah, jika kemudian sikap Bupati seperti ini, maka cepat atau lambat kami akan punah”, ujarnya.

Jika ada langkah penertiban harga Kopi, seperti diatur HET-nya, tentu semua pihak akan merasa nyaman, baik pelaku usaha kedai kopi, petani kopi juga penikmat kopi di Sula.

”Harga Kopi meningkat karena ada yang memonopoli harga, saya dapat info ini langsung dari petani Kopi di Desa Sama”, ujar Babang.

Kasihan, jika kita mengikuti ritme mereka yang difasilitasi Ibu Bupati, maka satu pilihan untuk kami adalah menaikkan harga kopi, itu sama saja membunuh, karena hampir dipastikan pelanggan kami akan lari, untuk itu kami sangat berharap ada kebijaksanaan dari Pemda khususnya dari Ibu Bupati, tutup Babang.

Sementara itu, sesuai pemberitaan media ini sebelumnya, pelaku usaha kopi dengan label Fina Gahu mengaku diarahkan Bupati Fifian Adeningsi Mus untuk menjual Kopi di SKPD Pemda Sula.
Kaka Fau Ilham, Owner Kedai Kopi Fina Gahu mengaku jika setiap SKPD wajib ambil Kopi di kedai Kopi miliknya dengan sistem delivery.
Hal itu yang kemudian menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar penjual Kopi di Kota Sanana, Kab. Kepulauan Sula (Kepsul).

BERITA DAERAH

LIHAT SEMUA

Minim Perhatian, Ini Kondisi Salah Satu...

Labuha - Jauh dari kemewahan dan gemerlapnya suasana kota serta minim perhatian dari pemerintah, baik itu pemerintah Pusat maupun Daerah, beginilah kondisi jembatan darat...

Pemdes Guruapin Kayoa Salurkan Insentif Selama...

Halsel - Pemerintah Desa Guruapin, Kecamatan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) telah menyalurkan insentif Tahap I yakni Januari hingga Juni tahun 2025. Penyaluran insentif kepada...

Persoalan APMS Kayoa Utara, Warga dan...

Labuha - Persoalan pemalangan pintu masuk Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) di Desa Laromabati, Kecamatan Kayoa Utara, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), berujung damai...

SAAT INI

Abdullah W. Jabid Terpilih Sebagai Rektor Unkhair Ternate Periode...

Ternate - Prof. Dr. Abdullah W. Jabid S.E., M.M, terpilih sebagai Rektor...

BERITA UTAMA

Minim Perhatian, Ini Kondisi Salah Satu...

Labuha - Jauh dari kemewahan dan gemerlapnya suasana kota serta minim perhatian dari pemerintah, baik itu pemerintah Pusat maupun Daerah, beginilah kondisi jembatan darat...

Kunjungi PKM, Anggota Dewan Kota Ternate...

Ternate - Kunjungi Pedagang Kelapa Muda (PKM), di Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, tepatnya di pesisir pantai seputaran pelabuhan Semut, anggota...

Remaja 16 Tahun yang sempat Dilaporkan...

Ternate - Pencarian terhadap satu warga Kelurahan Ngade, Kecamatan Kota Ternate Selatan, yang sempat dilaporkan hilang oleh pihak keluarga saat mendaki Gunung Gamalama akhirnya...

REKOMENDASI

MAKAYOA & Pulau-Pulau Ingatan

Di antara gelombang yang tak henti memukul karang, di senyap subuh saat perahu-perahu kecil bertolak dari pantai, tersimpan cerita-cerita yang mulai pudar. Cerita tentang seorang...

Ombudsman Maluku Utara Terima Ratusan Laporan...

Ternate - Ombudsman Perwakilan Maluku Utara (Malut) menerima 170 laporan sepanjang Januari 2025 s/d Mei 2025. Ada dua kategori laporan yang di terima yaitu,...

Gugus Makayoa & Kesadaran Geografis

“Laut bukan batas, tetapi jembatan peradaban.” – Ki Hajar Dewantara Usulan pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Gugus Pulau Makayoa bukan sekadar pemekaran wilayah administratif....

Ridwan Terpilih Secara Aklamasi pada Muswil...

Ternate - Musyawarah Wilayah (Muswil) Institut Karate Do-Indonesia (INKAI) Provinsi Maluku Utara (Malut), memutuskan menunjuk Ir. Ridwan Ar, ST, MT, selaku Ketua INKAI Malut...

Belum Ada Keputusan Resmi DPP PAN...

Ternate - Musyawarah Wilayah Partai Amanat Nasional (Muswil PAN) Provinsi Maluku Utara (Malut), yang digelar pada beberapa waktu lalu belum menemukan titik akhir, pasca...

IKLAN

Gegara Kopi SKPD, Pengusaha Kopi Menjerit, FAM dinilai Nepotisme

Sanana — Sebut saja Babang, pria yang menjadi Owner Kedai Kopi yang terletak di tepi pantai, mengeluhkan sikap pilih kasih Bupati Kepulauan Sula (Kepsul), Fifian Adeningsi Mus atau FAM menyangkut Kopi SKPD.
Babang menilai ada Nepotisme dalam Program Kopi SKPD.

”Harusnya jika ingin mengenalkan Kopi Sula, kemudian membina. pelaku usaha, termasuk Petani Kopi dan Penjual Kopi itu dilakukan terhadap semua, bukan hanya pihak tertentu.
Justeru yang dilakukan FAM saat ini secara perlahan membunuh pengusaha Kopi yang ada di Sanana”, ungkap Babang kepada Pewarta, Senin (13/9).

Babang menggambarkan, Pengusaha Kopi yang digandeng Ningsih, itu bisa membeli Kopi dengan harga 50K/kg, bahkan jika dia mau bisa 100K/kg, karena pangsa pasar dia jelas, marketnya sudah ada, sementara Kami?
Pria ini mengaku heran, kemarin saat membeli Kopi, biasa dia mendapatkan harga sekitar 30-35K/kg kini sudah diangka 40K/kg, dia mencurigai ini akibat persaingan yang tidak sehat oleh Rumah Kopi yang ’diendorse’ Bupati FAM.

”Kita semua UMKM, jika mau melakukan pembinaan harusnya semua, bukan dipilih berdasarkan kedekatan dengan Bupati”, sesal Babang.

Babang mengaku sedih, selama ini Pemda seperti kurang perhatian terhadap para pelaku usaha mikro, padahal para pelaku usaha selama ini sudah sangat patuh terhadap aturan Pemda, termasuk soal Pajak dan jam buka-tutup dimasa pandemi.

”Kita ini yang harusnya diperhatikan, karena perputaran ekonomi di Sula ini ujung tombaknya ada di Kita, UMKM dan para pelaku usaha kecil dan menengah, jika kemudian sikap Bupati seperti ini, maka cepat atau lambat kami akan punah”, ujarnya.

Jika ada langkah penertiban harga Kopi, seperti diatur HET-nya, tentu semua pihak akan merasa nyaman, baik pelaku usaha kedai kopi, petani kopi juga penikmat kopi di Sula.

”Harga Kopi meningkat karena ada yang memonopoli harga, saya dapat info ini langsung dari petani Kopi di Desa Sama”, ujar Babang.

Kasihan, jika kita mengikuti ritme mereka yang difasilitasi Ibu Bupati, maka satu pilihan untuk kami adalah menaikkan harga kopi, itu sama saja membunuh, karena hampir dipastikan pelanggan kami akan lari, untuk itu kami sangat berharap ada kebijaksanaan dari Pemda khususnya dari Ibu Bupati, tutup Babang.

Sementara itu, sesuai pemberitaan media ini sebelumnya, pelaku usaha kopi dengan label Fina Gahu mengaku diarahkan Bupati Fifian Adeningsi Mus untuk menjual Kopi di SKPD Pemda Sula.
Kaka Fau Ilham, Owner Kedai Kopi Fina Gahu mengaku jika setiap SKPD wajib ambil Kopi di kedai Kopi miliknya dengan sistem delivery.
Hal itu yang kemudian menimbulkan persaingan yang tidak sehat antar penjual Kopi di Kota Sanana, Kab. Kepulauan Sula (Kepsul).

Bagikan :

Artikel Terkait

Baca Juga

MAKAYOA & Pulau-Pulau Ingatan

Di antara gelombang yang tak henti memukul karang, di senyap subuh saat perahu-perahu kecil bertolak dari pantai, tersimpan cerita-cerita yang mulai pudar. Cerita tentang seorang...

Iklan

error: Content is protected !!