Soal Keluhan Pasien BPJS Terkait Layanan di RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie, Ini penjelasannya

Bagikan :

TERPOPULER

Ombudsman Maluku Utara Terima Ratusan Laporan...

Ternate - Ombudsman Perwakilan Maluku Utara (Malut) menerima 170 laporan sepanjang Januari 2025 s/d Mei 2025. Ada dua kategori laporan yang di terima yaitu,...

BACA JUGA

Obi Fishing Tournament 2025: Tangkapan Ikan Melimpah, Produktivitas Perairan Kawasi Terjaga

Halsel - Harita Nickel menggelar Obi Fishing Tournament 2025 dengan tema “Mari Jaga Torang Pe Laut” pada Sabtu-Minggu, 14-15 Juni 2025 di perairan Desa...

Ternate – Direktur RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie dr. Alwia Assagaf angkat bicara soal keluhan pasien BPJS Kesehatan yang mengeluhkan tidak mendapatkan pelayanan maksimal dari pihak Rumah Sakit tersebut.

Sebelumnya pada media ini, keluarga pasien peserta BPJS menguluhkan soal pembayaran obat di apotik meskipun telah menyodorkan bukti kepesertaan BPJS, juga pergantian uang oleh loket layanan aduan yang memakan waktu 2 sampai 3 hari, yang dinilai sangat merepokan dan menyusahkan, apalagi pasien yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Hal tersebut kemudian diklarifikasi oleh Direktur RSUD Dr. H. Chasan dr. Alwia Assagaf. Kepada awak media, Senin (15/05). Menurutnya terkait masalah pemberlakuan pergantian uang oleh loket layanan aduan rumah sakit itu di sebabkan karena rumah sakit terjadi kekosongan obat.

[the_ad id=”3193″]

Alwia menjelaskan, bahwa saat ini RSUD Dr. H. Chasan Bosoeri tidak bisa melakukan pembelian obat kepada distributor (Vendor) selain Kimia farma apotik, karena telah di kunci oleh distributor akibat hutang yang belum terbayar.

“Ada 63 vendor yang rumah sakit berhutang obat di perbakalan farmasi, karena memang anggaran kita sangat terbatas. Untuk biaya BPJS yang di bayarkan ke kami setiap bulan, itu di bayarkan untuk jasa layanan, operasional dengan banyaknya kegiatan yang harus di selesaikan,” terangnya.

Dikatakan, setiap bulan pihaknya melakukan pembayaran ke Vendor obat atau perbakalan farmasi terkait hutang barulah dibuka kuncinya, kemudian baru pihaknya berbelanja segala kebutuhan dengan sistem cast atau pembayaran tunai.

“di bayar sedikit-sedikit karena keuangan terbatas. Untuk Kimia Farma Apotik sebagai hutang paling besar, kurang lebih per April 2023 kemarin itu 14 miliar,” sebutnya.

Alwia juga menjelaskan, bahwa setiap pelayanan di kimia Farma Apotik adalah pembelian resep bukan bayar anfrak obat, maka setiap pelayanan, pasien BPJS mengambil resepnya di kimia Farma apotik, nanti yang bayar pihak rumah sakit, meski dengan cara dicicil sedikit demi sedikit.

“Makanya pasien di berikan resep untuk pengambilan obat itu di beli dulu, selain apotik rumah sakit tidak ada, maka harus di beli di apotik lain, dan pihak apotik memberikan kwitansi untuk di bawah ke rumah sakit dalam hal ini di loket, baru di mintai nomor hp, nama dan kwitansi, lalu kemudian kami dari rumah sakit mengganti sebanyak yang pasien belanja obat di luar tadi, karena ini peserta BPJS,” ujar Alwia.

Alwia bilang, pasien seharusnya tidak mengeluarkan biaya, hanya saja ketersediaan obat di RSUD terbatas akibat di kunci oleh apotik.

“Jadi saya mohon maaf kepada masyarakat, ini seharusnya tidak terjadi, tapi apa boleh buat, kita diperhadapkan dengan kondisi seperti ini, jadi mohon perhatiannya juga,” imbuhnya

BERITA DAERAH

LIHAT SEMUA

Minim Perhatian, Ini Kondisi Salah Satu...

Labuha - Jauh dari kemewahan dan gemerlapnya suasana kota serta minim perhatian dari pemerintah, baik itu pemerintah Pusat maupun Daerah, beginilah kondisi jembatan darat...

Pemdes Guruapin Kayoa Salurkan Insentif Selama...

Halsel - Pemerintah Desa Guruapin, Kecamatan Kayoa, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) telah menyalurkan insentif Tahap I yakni Januari hingga Juni tahun 2025. Penyaluran insentif kepada...

Persoalan APMS Kayoa Utara, Warga dan...

Labuha - Persoalan pemalangan pintu masuk Agen Penyalur Minyak dan Solar (APMS) di Desa Laromabati, Kecamatan Kayoa Utara, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), berujung damai...

SAAT INI

Abdullah W. Jabid Terpilih Sebagai Rektor Unkhair Ternate Periode...

Ternate - Prof. Dr. Abdullah W. Jabid S.E., M.M, terpilih sebagai Rektor...

BERITA UTAMA

Minim Perhatian, Ini Kondisi Salah Satu...

Labuha - Jauh dari kemewahan dan gemerlapnya suasana kota serta minim perhatian dari pemerintah, baik itu pemerintah Pusat maupun Daerah, beginilah kondisi jembatan darat...

Kunjungi PKM, Anggota Dewan Kota Ternate...

Ternate - Kunjungi Pedagang Kelapa Muda (PKM), di Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, tepatnya di pesisir pantai seputaran pelabuhan Semut, anggota...

Remaja 16 Tahun yang sempat Dilaporkan...

Ternate - Pencarian terhadap satu warga Kelurahan Ngade, Kecamatan Kota Ternate Selatan, yang sempat dilaporkan hilang oleh pihak keluarga saat mendaki Gunung Gamalama akhirnya...

REKOMENDASI

Obi Fishing Tournament 2025: Tangkapan Ikan Melimpah, Produktivitas Perairan Kawasi Terjaga

Halsel - Harita Nickel menggelar Obi Fishing Tournament 2025 dengan tema “Mari Jaga Torang Pe Laut” pada Sabtu-Minggu, 14-15 Juni 2025 di perairan Desa...

Ridwan Terpilih Secara Aklamasi pada Muswil...

Ternate - Musyawarah Wilayah (Muswil) Institut Karate Do-Indonesia (INKAI) Provinsi Maluku Utara (Malut), memutuskan menunjuk Ir. Ridwan Ar, ST, MT, selaku Ketua INKAI Malut...

Gugus Makayoa & Kesadaran Geografis

“Laut bukan batas, tetapi jembatan peradaban.” – Ki Hajar Dewantara Usulan pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Gugus Pulau Makayoa bukan sekadar pemekaran wilayah administratif....

Mobdin Digunakan Jemput Ganja, Begini Tanggapan...

Ternate - Praktisi hukum, Agus R. Tampilang, SH. angkat bicara soal Mobil Dinas (Mobdin) milik Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Asset Daerah (Kaban BPKAD),...

Belum Ada Keputusan Resmi DPP PAN...

Ternate - Musyawarah Wilayah Partai Amanat Nasional (Muswil PAN) Provinsi Maluku Utara (Malut), yang digelar pada beberapa waktu lalu belum menemukan titik akhir, pasca...

IKLAN

Soal Keluhan Pasien BPJS Terkait Layanan di RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie, Ini penjelasannya

Ternate – Direktur RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie dr. Alwia Assagaf angkat bicara soal keluhan pasien BPJS Kesehatan yang mengeluhkan tidak mendapatkan pelayanan maksimal dari pihak Rumah Sakit tersebut.

Sebelumnya pada media ini, keluarga pasien peserta BPJS menguluhkan soal pembayaran obat di apotik meskipun telah menyodorkan bukti kepesertaan BPJS, juga pergantian uang oleh loket layanan aduan yang memakan waktu 2 sampai 3 hari, yang dinilai sangat merepokan dan menyusahkan, apalagi pasien yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Hal tersebut kemudian diklarifikasi oleh Direktur RSUD Dr. H. Chasan dr. Alwia Assagaf. Kepada awak media, Senin (15/05). Menurutnya terkait masalah pemberlakuan pergantian uang oleh loket layanan aduan rumah sakit itu di sebabkan karena rumah sakit terjadi kekosongan obat.

[the_ad id=”3193″]

Alwia menjelaskan, bahwa saat ini RSUD Dr. H. Chasan Bosoeri tidak bisa melakukan pembelian obat kepada distributor (Vendor) selain Kimia farma apotik, karena telah di kunci oleh distributor akibat hutang yang belum terbayar.

“Ada 63 vendor yang rumah sakit berhutang obat di perbakalan farmasi, karena memang anggaran kita sangat terbatas. Untuk biaya BPJS yang di bayarkan ke kami setiap bulan, itu di bayarkan untuk jasa layanan, operasional dengan banyaknya kegiatan yang harus di selesaikan,” terangnya.

Dikatakan, setiap bulan pihaknya melakukan pembayaran ke Vendor obat atau perbakalan farmasi terkait hutang barulah dibuka kuncinya, kemudian baru pihaknya berbelanja segala kebutuhan dengan sistem cast atau pembayaran tunai.

“di bayar sedikit-sedikit karena keuangan terbatas. Untuk Kimia Farma Apotik sebagai hutang paling besar, kurang lebih per April 2023 kemarin itu 14 miliar,” sebutnya.

Alwia juga menjelaskan, bahwa setiap pelayanan di kimia Farma Apotik adalah pembelian resep bukan bayar anfrak obat, maka setiap pelayanan, pasien BPJS mengambil resepnya di kimia Farma apotik, nanti yang bayar pihak rumah sakit, meski dengan cara dicicil sedikit demi sedikit.

“Makanya pasien di berikan resep untuk pengambilan obat itu di beli dulu, selain apotik rumah sakit tidak ada, maka harus di beli di apotik lain, dan pihak apotik memberikan kwitansi untuk di bawah ke rumah sakit dalam hal ini di loket, baru di mintai nomor hp, nama dan kwitansi, lalu kemudian kami dari rumah sakit mengganti sebanyak yang pasien belanja obat di luar tadi, karena ini peserta BPJS,” ujar Alwia.

Alwia bilang, pasien seharusnya tidak mengeluarkan biaya, hanya saja ketersediaan obat di RSUD terbatas akibat di kunci oleh apotik.

“Jadi saya mohon maaf kepada masyarakat, ini seharusnya tidak terjadi, tapi apa boleh buat, kita diperhadapkan dengan kondisi seperti ini, jadi mohon perhatiannya juga,” imbuhnya

Bagikan :

Artikel Terkait

Baca Juga

Obi Fishing Tournament 2025: Tangkapan Ikan...

Halsel - Harita Nickel menggelar Obi Fishing Tournament 2025 dengan tema “Mari Jaga Torang Pe Laut” pada Sabtu-Minggu, 14-15 Juni 2025 di perairan Desa...

Iklan

error: Content is protected !!