Ternate –Â Direktur RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie dr. Alwia Assagaf angkat bicara soal keluhan pasien BPJS Kesehatan yang mengeluhkan tidak mendapatkan pelayanan maksimal dari pihak Rumah Sakit tersebut.
Sebelumnya pada media ini, keluarga pasien peserta BPJS menguluhkan soal pembayaran obat di apotik meskipun telah menyodorkan bukti kepesertaan BPJS, juga pergantian uang oleh loket layanan aduan yang memakan waktu 2 sampai 3 hari, yang dinilai sangat merepokan dan menyusahkan, apalagi pasien yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Hal tersebut kemudian diklarifikasi oleh Direktur RSUD Dr. H. Chasan dr. Alwia Assagaf. Kepada awak media, Senin (15/05). Menurutnya terkait masalah pemberlakuan pergantian uang oleh loket layanan aduan rumah sakit itu di sebabkan karena rumah sakit terjadi kekosongan obat.
[the_ad id=”3193″]
Alwia menjelaskan, bahwa saat ini RSUD Dr. H. Chasan Bosoeri tidak bisa melakukan pembelian obat kepada distributor (Vendor) selain Kimia farma apotik, karena telah di kunci oleh distributor akibat hutang yang belum terbayar.
“Ada 63 vendor yang rumah sakit berhutang obat di perbakalan farmasi, karena memang anggaran kita sangat terbatas. Untuk biaya BPJS yang di bayarkan ke kami setiap bulan, itu di bayarkan untuk jasa layanan, operasional dengan banyaknya kegiatan yang harus di selesaikan,” terangnya.
Dikatakan, setiap bulan pihaknya melakukan pembayaran ke Vendor obat atau perbakalan farmasi terkait hutang barulah dibuka kuncinya, kemudian baru pihaknya berbelanja segala kebutuhan dengan sistem cast atau pembayaran tunai.
“di bayar sedikit-sedikit karena keuangan terbatas. Untuk Kimia Farma Apotik sebagai hutang paling besar, kurang lebih per April 2023 kemarin itu 14 miliar,” sebutnya.
Alwia juga menjelaskan, bahwa setiap pelayanan di kimia Farma Apotik adalah pembelian resep bukan bayar anfrak obat, maka setiap pelayanan, pasien BPJS mengambil resepnya di kimia Farma apotik, nanti yang bayar pihak rumah sakit, meski dengan cara dicicil sedikit demi sedikit.
“Makanya pasien di berikan resep untuk pengambilan obat itu di beli dulu, selain apotik rumah sakit tidak ada, maka harus di beli di apotik lain, dan pihak apotik memberikan kwitansi untuk di bawah ke rumah sakit dalam hal ini di loket, baru di mintai nomor hp, nama dan kwitansi, lalu kemudian kami dari rumah sakit mengganti sebanyak yang pasien belanja obat di luar tadi, karena ini peserta BPJS,” ujar Alwia.
Alwia bilang, pasien seharusnya tidak mengeluarkan biaya, hanya saja ketersediaan obat di RSUD terbatas akibat di kunci oleh apotik.
“Jadi saya mohon maaf kepada masyarakat, ini seharusnya tidak terjadi, tapi apa boleh buat, kita diperhadapkan dengan kondisi seperti ini, jadi mohon perhatiannya juga,” imbuhnya