Ternate — Sebagaimana diketahui pada tanggal 1 April 2022 lalu Pemerintah Pusat dengan kebijakannya menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BMM) jenis Pertamax, hingga mencapai harga Rp. 12.500 per liter untuk wilayah Barat yakni daerah Jabodetabek dan sekitarnya. Sementara untuk wilayah Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat, harga Pertamax mencapai Rp. 12.750 per liter, dimana sebelumnya harga Pertamax hanya berkisar Rp. 9.000 per liternya.
Hal ini mengundang protes dari berbagai kalangan, terutama kelompok mahasiswa di seluruh wilayah Indonesia tidak terkecuali mahasiswa pada sejumlah kampus di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara (Malut).
Pantauan media ini, Senin (11/4), ribuan mahasiswa dari sejumlah kampus yang tersebar di Kota Ternate, mengepung Kantor Walikota Ternate dalam rangka menggelar aksi unjuk rasa, guna menyampaikan aspirasi masyarakat khususnya masyarakat Maluku Utara, yang merasa resah dan dibuat susah oleh kebijakan Pemerintah Pusat, terkait dengan naiknya harga BBM tersebut.
Penyampaian orasi dari orator ke orator pun, terdengar satu tuntutan yakni meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, untuk meneruskan tuntutan mereka ke Pemerintah Pusat, agar segera menurunkan harga BBM demi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut mereka dengan naiknya harga BBM, maka segala hal akan ikut naik termasuk harga Sembilan bahan pokok (Sembako),
“Ini akan semakin memperkeruh kondisi ekonomi Bangsa, karena Pemerintah Pusat telah mengambil kebijakan untuk memiskinkan rakyatnya sendiri,” ujar salah satu orator pada saat menyampaikan orasi singkatnya.
Selain menuntut Pemerintah Pusat menurunkan harga BBM, ribuan massa aksi ini pun terus meneriakkan yel-yel “Jokowi turun, turun Jokowi sekarang juga”. Hal ini memberi isyarat bahwa jika Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), tidak segera menurunkan harga BBM maka mereka meminta agar orang nomor satu di Republik ini, segera mengundurkan diri karena dinilai gagal memberikan pelayanan yang baik untuk rakyat.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Daerah Kota Ternate, Dr. Jusuf Sunya, sedianya menemui massa aksi, namun ditolak dan pada akhirnya terjadi aksi saling dorong dengan satpol PP lantaran massa aksi hanya menginginkan hering secara langsung dengan Walikota Ternate, M. Tauhid Soleman. (team)