Ternate – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kemen ESDM) Republik Indonesia malalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), berdasarkan Pengamatan Gunung Api Gamalama pada Jumat (23/02), dari pukul 00.00-08.30 Wit terekam 3 kali terjadi gempa Hembusan, 4 kali gempa Vulkanik Dalam (VD), 2 kali gempa Tektonik Lokal (TL), dan 5 kali gempa Tektonik Jauh (TJ) yang menghembuskan asap kawah putih tebal dengan tinggi 100-400 meter.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan dalam keterangannya melalui rilis yang diterima Redaksi imalut.com, mengatakan bahwa Gunung Api Gamalama di Maluku Utara secara geografis puncaknya terletak pada posisi 0 048′ LU dan 127 0 19′ BT dengan ketinggian 1715 m di atas permukaan laut. Secara administrasi termasuk wilayah Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Gunung Gamalama merupakan gunung api aktif yang tercatat sejarah letusannya sejak tahun 1538 dengan selang waktu erupsi antara 1 – 50 tahun.
“Gunung Gamalama dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) yang berada di Jl. Facei Sabia Belakang Kelurahan Sangaji Utara Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara,” terangnya.
Hendra menjelaskan, kegempaan Gunung Gamalama sejak bulan Januari 2023 didominasi oleh Gempa Tektonik jauh, Gempa Tektonik Lokal dan Gempa Vulkanik Dalam (VA). Kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) umumnya terekam 2-3 kejadian per hari Hembusan asap kawah umumnya teramati berwarna putih tipis hingga tebal dengan tinggi 5-300 meter di atas puncak.
“Tingkat aktivitas pada saat ini berada pada Level II (WASPADA) sejak 10 Maret 2015. Karakter erupsi umumnya terjadi di kawah pusat dengan prekursor erupsi yang relatif singkat. Erupsi terakhir terjadi pada tanggal 4 Oktober 2018, diawali dengan terekamnya 7 Gempa Vulkanik Dalam 1 jam sebelum terjadi erupsi. Tinggi kolom erupsi mencapai 250 meter dari puncak,” sebutnya.
Menurutnya, sesuai perkembangan terakhir aktivitas Gunung Gamalama hingga 23 Februari 2024 Pukul 10.00 Wit adalah sebagai berikut :
- Terjadi peningkatan Gempa Vulkanik Dalam (VA) yang cukup siginifikan pada tanggal
22 Februari 2024. Rekaman kegempaan pada tanggal 22 Februari 2024 dari pukul 00.00-24.00 Wit terekam 14 kali Gempa Vulkanik Dalam dengan amplitudo 4-12 mm. Peningkatan Gempa Vulkanik Dalam ini yang menunjukkan peningkatan tekanan dalam tubuh Gunung Gamalama akibat meningkatnya aktivitas magmatik, namun hingga saat ini gempa-gempa permukaan masih belum terekam. - Kegempaan tanggal 23 Februari 2024 dari pukul 00.00-08.30 Wit terekam 3 kali gempa Hembusan, 4 kali gempa Vulkanik Dalam, 2 kali gempa Tektonik Lokal, dan 5 kali gempa Tektonik Jauh. Aktivitas hembusan kawah teramati asap kawah putih tebal dengan tinggi 100-400 meter, angin Iemah-kencang ke arah utara.
- Sejak tanggal 1-22 Februari 2024 terekam 26 kali gempa Hembusan, 2 kali gempa Harmonik, 1 kali gempa Tornillo, 1 kali gempa Vulkanik Dangkal, 34 kali gempa Vulkanik Dalam, 57 kali gempa Tektonik Lokal (TL), 181 kali gempa Tektonik Jauh (TJ), dan 2 kali gempa Getaran Banjir. Aktivitas hembusan kawah teramati hembusan asap kawah putih tipis hingga sedang dengan tinggi 10-100 meter. Angin Iemahkencang ke arah utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya dan barat.
- Secara umum aktivitas Gunung Gamalama tanggal 1 Januari 2024 hingga 23 Februari 2024 pukul 08.30 WIT cenderung fluktuatif dan masih didominasi oleh Gempa Vulkanik Dalam, Gempa Tektonik Lokal, dan Gempa Tektonik Jauh yang berkaitan dengan aktivitas tektonik regional di sekitar kepulauan Halmahera.
“Pada Kondisi seperti diatas, dan mengingat karateristik prekursor erupsi Gunung Gamalama, maka potensi bahaya yang kemungkinan besar terjadi adalah Erupsi Freatik dengan ancaman bahaya untuk saat ini berupa Iontaran material dari kawah utama melanda wilayah dengan radius 1.5 km dari pusat erupsi. Hujan abu tipis dapat terjadi dengan jarak dan intensitas tergantung dari arah dan kecepatan angin,” jelasnya.
Lebih jauh Hendra mengungkapkan, berdasarkan hasil pengamatan, analisis data visual maupun instrumental, maka tingkat aktivitas Gunung Gamalama masih berada pada Level II (Waspada). Sehubungan dengan tingkat aktivitas Gunung Gamalama pada Level Il (Waspada).
Untuk itu, pihaknya menghimbau, kepada masyarakat di sekitar Gunung Gamalama dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas dalam radius 1 km dari kawah utama di puncak Gunung Gamalama.
“Pada musim hujan, masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai yang berhulu di kawasan puncak Gunung Gamalama untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi ancaman bahaya sekunder berupa aliran Iahar. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi (022) 7272606 di Bandung (Provinsi Jawa Barat) atau Pos Pengamatan Gunung Gamalama 081244474775,” ujar Hendra.
Selanjutnya di katakan bahwa tingkat aktivitas Gunung Gamalama akan dievaluasi kembali secara berkala maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat Aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan.